Pernah nostalgia?
Beta pernah. Barusan saja. Beta bernostalgia dengan diari dunia maya ini.
Hasilnya tidak begitu buruk. Beta rombak diari dunia maya ini. Beta mengubur seluruh entri yang pernah Beta posting. Beta simpan dalam kotak harta karun, dengan kunci kombinasi. Beta beritahu kombinasi angkanya. "2-0-0-1". Jangan tanya itu angka apa. Hanya 2 orang yang mungkin tahu. Termasuk Beta. Tapi, Beta tidak akan beritahu dimana Beta lempar kotak harta karun itu. Lagian, tidak penting. Cuma berisi entri bodoh.
Mungkin sebagian juga pernah membacanya kan. Dulu mungkin begitu mewah, tapi sekarang terlihat bodoh. Tapi Beta bangga. Beta bangga pernah bodoh. Setidaknya seperti itulah hakikat manusia. Pernah bodoh. Sekarang Beta lebih pintar. Beta lebih pintar menutupi kebodohan Beta.
Beta ingin kembali menulis diari dunia maya ini. Tapi tidak dengan entri bodoh. Paling tidak Beta menulis entri pintar yang membodohi sebagian pembacanya. Beta juga tidak tahu tujuannya apa. Mungkin persiapan untuk isi-isi dari kotak harta karun berikutnya yang akan Beta buang. Atau kalau Beta mati, paling tidak Beta mati dalam keadaan tidak gaptek. Entri ini buktinya.
Ini sebuah pengakuan. Beta tipe manusia yang mudah kagum dengan tulisan-tulisan bagus. Mudah kagum dengan sastra. Selayaknya anak kecil yang suka meniru, Beta pun suka bermimpi jadi penulis. Tapi tulisan Beta bodoh. Jelek. Tak ada isinya. Ehm maaf, Beta sedang merendah untuk meroket.
Atas pertimbangan itu, Beta ingin menulis lagi. Entah berapa kali Beta mengucapkan kalimat barusan. Terhitung sejak diari dunia maya ini ada, mungkin ada ratusan ucapan. Ya seperti itulah susahnya mengamalkan konsistensi. Entah tidak ada bakat, atau memang tidak ada libido menulis di diri Beta. Kasihan Beta.
Buktinya, Beta sendiri tidak tahu apa yang akan Beta tulis di entri-entri berikutnya. Berikut faktanya.
- Beta tidak pintar mengomentari politik. Politik terlalu pintar menipu Beta. Beta selalu kalah kalau main catur.
- Beta juga tidak pintar agama. Tidak alim. Beta takut terbawa ucapan-ucapan yang mengatasnamakan agama. Bukan Tuhan yang menipu Beta. Tuhan tak sejahat itu. Sebagian hamba-Nya yang menipu. Beta juga hamba-Nya kok.
- Beta juga tidak pintar menulis cerita pendek. Cerita hidup Beta lebih seru dan menegangkan. Makanya Beta sering tegang. Tapi cerita Beta tidak bisa dikategorikan menjadi cerita pendek. Mungkin bisa dijadikan komik saja. Tapi Beta cuma bisa gambar dua gunung. Dengan matahari di tengah-tengahnya. Supaya tidak salah prasangka. Menggambar itu saja sudah susah payah.
- Beta juga tidak pintar menulis puisi. Pernah Beta menulis puisi untuk perempuan pujaannya. Tapi Beta urung untuk membacakannya di depan si perempuan yang mungkin menginjak kodok tersebut. Puisinya kalah indah dari diri perempuan pujaan itu sendiri.
***
Kasihan Beta. Saya juga turut kasihan. Eh ini bukan tentang saya ya. Ini bukan Beta-nya "saya" dalam bahasa Ambon. Ini sosok yang bernama Beta. Saya lagi bercerita tentang si Beta. Makanya pakai huruf kapital. Saya juga tidak tahu dia siapa. Kalau ada yang kenal dan bertemu Beta, sampaikan salam saya buat Beta.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Budayakan Komen yaaa :D